Senin, 19 Juli 2010

Subtansi Dan Uraian Sub Pokok Bahasan ISBD

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 44/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat Di Perguruan Tinggi pada pasal 4 disebutkan pokok-pokok substansi kajian matakuliah berkehidupan bermasyarakat :
(a) Pengantar ISBD
- Hakekat dan ruang lingkup ISBD
- ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum
- Beberapa alternatif model pembelajaran ISBD
- ISBD sebagai alternatif model pemecahan masalah sosial budaya
(b) Manusia sebagai Mahluk Budaya
- Fungsi akal dan budi bagi manusia
- Proses pembudayaan manusia dan perubahan kebudayaan
- memanusiawikan manusia melalui pemahaman konsep keadilan, penderitaan, cinta kasih, tanggung jawab, pengabdian, pandangan hidup, keindahan dan kegelisahan
(c) Manusia dan Peradaban
- Pengertian manusia sebagai mahluk beradab dalam masyarakat adab
- Peradaban dan problematika bagi kehidupan manusia
(d) Manusia sebagai individu dan mahluk sosial
- Pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat
- Cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi
(e) Manusia, keragaman dan kesetaraan
- Struktur masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk dan dinamis ditandai oleh keragaman suku bangsa dan agama
- Konsep bhineka tunggal ika penekanannya pada keragaman kebudayaan daripada keragaman suku bangsa
(f) Moralitas dan hukum
- Nilai moral sebagai sumber budaya dan kebudayaan terdiri atas nilai sebagai sumber daya, nilai sebagai hasil kebudayaan dan penilaian, nilai moral sebagai rujukan nilai budaya dan lain-lain
- Moralitas dan norma masyarakat dan Negara
(g) Manusia, Sains dan teknologi
- Manusia dalam iptek bagi manusia termasuk bagaimana manusia sebagai subjek dan objek iptek
- Perkembangan iptek dalam pembangunan dan lingkungan
- Penyalahgunaan iptek, perkembangan iptek dan eksploitasi di Negara-negara berkembang
(h) Manusia dan lingkungan
- Hakikat manusia sebagai objek dan subjek lingkungan
- Pengertian demografi dan problematikanya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Dalam penguraian materi selanjutnya, penulisan berdasar pada acuan di atas yang disesuaikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat saat ini dan bila dipandang perlu melakukan penambahan dengan kajian-kajian lainnya yang dapat menunjang bagi tercapainya arah sasaran dari perkuliah ini.

Kondisi Manusia dan Pendidikan Indonesia Saat Ini yang melatarbelakangi lahirnya ISBD

Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa kondisi diantaranya adalah globalisasi, sekularisasi, universalisme, modernisasi, teknologi dan ilmu pengetahuan. Keadaan ini berakibat pada sikap masyarakat Indonesia yang egois, individualis, materialistis, sekuler, hedonis, krisis akhlak dan agama sebagai simbul.

Sementara itu Kondisi Pendidikan Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya sekularisasi pendidikan, politisasi pendidikan dan over spesialisasi. Hasil dari pengaruh kondisi-kondisi ini adalah arah pendidikan kurang jelas, pendidikan sebagai barang mahal, pendidikan tidak merata, penyelewengan dana pendidikan cukup tinggi, kurang penghargaan pada Guru/Dosen, kualitas dan kuantitas guru/dosen kurang, pendidikan kepribadian kurang mendapat perhatian serius dan mencetak tukang.
Dari beberapa kondisi di atas dirasakan perlunya pendidikan yang dapat mengembangkan keseluruhan dari aspek kepribadian. Sumbangsih dari ISBD diharapkan dapat mendorong konsep pendidikan yang komprehensif.

Mengapa MBB-ISBD Perlu Diajarkan Di Perguruan Tinggi Umum

Ada empat landasan mengapa ISBD perlu diberikan pada mahasiswa di perguruan tinggi umum, yaitu landasan historis, landasan filosofis, landasan yuridis dan landasan pedagogis.
Berdasarkan pada landasan historis ada beberapa alasan mengapa isbd perlu diberikan di ptu diantaranya nenek moyang kita orang beragama terbukti dengan peninggalan sejarahnya, memiliki warisan budaya dan peradaban tinggi serta bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, cinta damai, toleran dan bergotong. Sedangkan berdasar pada landasan filosofis, Bangsa Indonesia memiliki falsafah hidup Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sedangkan dari landasan Yuridis Formal diantaranya : UUD’45 Pasal 30, 31, UU No 20 TH 2003 tentang Sisdiknas, Keputusan Mendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002) tentang Kurikulum Inti, Keputusan Dirjen Dikti. No 30/DIKTI/Kep/2003 tentang rambu-rambu Pelak MPK di PT, Surat Edaran Dirjen Dikti : No 1058?D/T/ 2003 tentang Pelaksanaan Keputusan Dirjen Dikti No 30 dan Keputusan. Dirjen Dikti : No 29/DIKTI/Kep/2004 tentang Pengangkatan Tim Pembina Kelompok MPK dan MBB.
Berdasar pada landasan pedagogis adalah tujuan dari pendidikan mewujudkan manusia indonesia seutuhnya, maka dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya diperlukan suatu proses secara terencana, terus menerus dan berkesinambungan, (disebut proses pendidikan), lalu dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat perlu adanya pewarisan pengetahuan, nilai religi, dan sosial budaya, selanjutnya dalam pergaulan global perlu mempertahankan jati diri sebagai bangsa yg beragama, berdaulat dan bermartabat.

Visi, Misi, Kompetensi Dan Tujuan MBB-ISBD

VISI ISBD
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat

MISI ISBD
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman dan kesederajatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan mahluk social yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

Kompetensi ISBD
Menjadi ilmuwan dan profesional yang berfikir kritis, kreatif, sistemik dan ilmiah, berwawasan luas, etis, estetis serta memiliki apresiasi, kepekaan dan empati sosial, bersikap demokratis, berkeadaban serta ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah sosial budaya secara arif

Tujuan ISBD
1. Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk social dalam kehidupan masyarakat
2. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat
3. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahluk social yang beradab dalam mempraktikan pengetahuan akademik dan keahliannya

Visi, Misi Dan Kompetensi Kelompok Mata Kuliah MBB (Berkehidupan Bermasyarakat/learning to live together)

Yang menjadi VISI dari MBB adalah menjadi sumber nilai, moral, estetika, etika dan panduan bagi penyelenggaraan pendidikan dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan kemampuan pemahaman serta penguasaan tentang :
a. Keanekaragaman, kesederajatan dan kemartabatan manusia sebagai individu dan mahluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat dengan berpedoman kepada kebudayaan melalui pranata pendidikan
b. Tanggung jawab manusia terhadap sumber daya alam dan lingkungannya dalam berkehidupan bermasyarakat baik nasional maupun global, yang membatasi tindak kekaryaan seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya.
MISI dari MBB adalah memberikan landasan pengetahuan dan wawasan luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal hidup bermasyarakat selaku individu, mahluk sosial yang beradab, bertanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungannya.
Kompetensi MBB yang dituju ialah agar mahasiswa menguasai kemampuan berfikir rasional, berwawasan luas, berjiwa besar sebagai manusia intelektual beradab dan bermartabat yang bertanggung jawab terhadap :
a. Terwujudnya estetika, etika dan moral atau nilai-nilai budaya bagi keteraturan, kebersamaan dan kesejahteraan hidup bermasyarakat
b. Terpeliharanya sumber daya alam dan lingkungannya.

Hakekat Dan Ruang Lingkup Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB)

Program studi General Education di Amerika telah dikola-borasi para ahli pendidikan di Indonesia menjadi sebuah studi atau mata kuliah MKDU (istilah dulu). Kelompok mata kuliah pertama memaut mata kuliah Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewiraan Nasional, kelompok kedua memuat mata kuliah ISBD, IBD dan IAD. Kedua kelompok tersebut kini menjadi MPK dan MBB.
Untuk lebih lengkapnya pemetaan aspek pembelajaran dalam kelompok mata kuliah digambarkan sebagai berikut :
1. MPK, MKK (keahlian, dan keilmuan (learning to know),
2. MKB (keahlian berkarya (learning to do),
3. MPB (perilaku berkarya (learning to be )
4. MBB (berkehidupan bermasyarakat (learning to live together)
5. MPK (mata kuliah peengembangan kepribadian) penghayatan nilai & kepribadian (learning to be morally)
Kelompok mata kuliah di atas berusaha membekali mahasiswa berupa kemampuan dasar tentang pemahaman, pemaknaan dan pengamalan nilai-nilai dasar kemanusiaan baik sebagai pribadi, sebagai warga Negara Indonesia, anggota keluarga, warga masyarakat dan sebagai bagian dari alam ciptaan Tuhan. Tujuannya memberikan landasan berfikir, bersikap dan bertindak agar lulusan perguruan tinggi menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang utuh yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat rohani dan jasmani, cerdas, trampil, mandiri, memiliki jati diri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemanusiaan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah kurikulum inti yang memuat nilai-nilai dasar .

Konsep Pendidikan Umum Di Indonesia

Sistem pendidikan modern cenderung mengarah pada suatu proses dehumanisasi. Ditandai oleh penajaman kajian keilmuan atau spesialisasi berlebihan dalam bidang-bidang tertentu. Maka sistem pendidikannya cenderung hanya memahami manusia pada satu aspek tertentu saja, sedangkan aspek-aspek lainnya diabaikan. Pendidikan seperti ini menghasilkan para lulusan yang pola pikir, pola hidup bersifat materialistis dan perilaku mekanistik. Mereka menjadi suatu generasi yang miskin akan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Sangat menghawatirkan generasi depan. Mereka masuk ke dalam persaingan global dengan menghalalkan segala cara demi mencapai kesuksesan material semata.
Gambaran kecenderungan dunia pendidikan tinggi dewasa ini sangat mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan. Maka anak didik perlu dibekali suatu kemampuan untuk memahami, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai universal. Konsep pendidikan umum di Indonesia berangkat dari UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional Indonesia selalu memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan secara terintegrasi. Untuk ditingkat perguruan tinggi di sebut mata kuliah dasar umum (MKDU) yaitu sekelompok mata kuliah yang memberikan landasan dalam pengembangan dunia spesialisnya masing-masing. MKDU dirubah menjadi MPK dan MBB. Kedua kelompok bidang studi ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa perguruan tinggi Indonesia dalam pencapaian tujuan utama pendidikan nasional, yaitu membentuk kepribadian utuh melalui proses pembelajaran secara terintegrasi dengan menggunakan pendekatan multi atau interdisipliner. Dalam konsep di Amerika disebut General Education.

Konsep General Education

Dalam kehidupan masyarakat modern ketergantungan hidup terhadap produk teknologi terutama teknologi informasi. Kemajuan iptek di era globalisasi (kehidupan tanpa tapal batas), menuntut masyarakat untuk memiliki kemampuan spesialisasi. Hal ini berpengaruh pada pola fikir, pola hidup dan perilaku. Teknologi disatu sisi membantu aktivitas hidup masyarakat, di sisi lain menjadikan sikap mental masyarakat malas, karena dibuai berbagai kemudahan. Kehidupan di zaman modern seolah-olah tidak akan dapat bertahan hidup tanpa bantuan produk teknologi, hal ini memaksa kehidupan menjadi konsumtif. Pada saatnya akan menggusur nilai-nilai kemanusiaan yaitu kemandirian dalam mengatasi persoalan hidupnya. Nilai-nilai kemandirian sangat dibutuhkan karena di-dalamnya ada unsur kreatifitas dan efisiensi. Situasi yang dilematis, perkembangan kehidupan modern biaya hidup menjadi tinggi, namun tidak mengikuti perkembangan jauh ketinggalan, ini merupakan problematika kehidupan modern.
Untuk mengantisipasi dampak negatif kemajuan iptek dan lajunya arus globalisasi yang cepat, perlu menyadari untuk segera membekali peserta didik dengan kemampuan dasar diantaranya nilai-nilai kemandirian. Secara filosofis kemampuan tersebut berupa kemampuan dalam memahami, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai esensial yang ada pada dirinya baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara maupun sebagai bagian dari alam.
Abad 20 di Amerika dan Eropa, hasil analisis mereka berkesimpulan bahwa sistem pendidikan modern telah menghasilkan para saintis dan teknokrat yang handal tapi tidak melahirkan para lulusan yang memiliki integritas kepribadian. Menurut Philip H. Phenix (1964:6), untuk menghasilkan para lulusan yang memiliki kompetensi kepribadian dan keahlian yang matang diperlukan pemahaman dan pengalaman enam pola makna esensial bagi segenap mahasiswa yaitu ;
a) Makna symbolycs, yaitu kemampuan berbahasa dan berhitung
b) Makna empirics, yaitu kemampuan untuk memaknai benda-benda melalui proses penjelajahan dan penyelidikan empiris
c) Makna esthetics, yaitu kemampuan memaknai keindahan seni dan fenomena alam
d) Makna ethics, yaitu kemampuan memaknai baik dan buruk
e) Makna synoetics, yakni kemampuan berfikir logis, rasional sehingga dapat memaknai benar dan salah
f) Makna synoptic, yaitu kemampuan untuk beragama atau berfilsafat
Keenam pola makna di atas dikemas dalam bentuk General Education (Pendidikan Umum) yaitu pendidikan yang berkenaan dengan pengembangan keseluruhan kepribadian seseorang dalam kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya. General Education merupakan program pendidikan yang membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa dan mahasiswa.
Philip H. Phenix (1963:8) merumuskan tujuan dari General Education (pendidikan umum) :
A complete person should be skilled in the use of speech, symbol and gesture, factually well informed, capale of creating and apresiating object of esthetic significance, endowed with a rich and disciplined life in relation to self and others, able to make wise decision and to judge between right and wrong and possed of an integral out look. Artinya manusia yang memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, symbol, isyarat, dapat menerima informasi factual, dapat melakukan dan mengapresiasi objek-objek seni, memiliki kemampuan dan disiplin hidup dalam hubungan dengan dirinya maupun orang lain, cakap dalam mengambil keputusan yang bijaksana, dapat mempertimbangkan antara yang benar dan yang salah serta memiliki pandangan yang integral. Ditunjang oleh pendapat Wolfgang Klafki (1968:20) bahwa general education merupakan bidang studi yang komprehensif karena mendidik kepala, hati dan tangan. Secara terintegrasi. Sasaran yang disentuh dalam general education adalah tiga potensi utama manusia yaitu : akal, hati dan tingkah lakunya.
Di Amerika dan Inggris, konsep general education diakui sebagai sebuah program studi yaitu program pendidikan yang mengembangkan seluruh aspek kepribadian dalam rangka menciptakan masyarakat yang berbudaya, demokratis dan perduli terhadap lingkungannya baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Laporan lima puluh tahunan dari Nation Society for the study of education tahun 1958, program studi general education di Amerika, dilatarbelakangi oleh empat hal, yaitu :
1. Sebagai reaksi masyarakat terhadap spesialisasi keilmuan yang berlebihan, dimana para spesialis telah mendewakan hasil-hasil temuannya yang menakjubkan, sementara mereka lupa pada nilai-nilai esensial kemanusiaannya.
2. Sebagai reaksi terhadap kepincangan penguasaan minat-minat khusus dengan perolehan peradaban yang lebih luas
3. Sebagai reaksi terhadap pengkotak-kotakan kurikulum dan pecahnya pengalaman belajar siswa
4. Sebagai reaksi terhadap formalism dalam pendidikan liberal

PENDAHULUAN

Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, fungsi dari pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Adapun yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan dalam penyelengaraan pendidikan dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, menjungjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai cultural dan kemajuan bangsa sebagai suatu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna, suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Tanggung jawab pendidikan masa depan tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer iptek semata tetapi juga melahirkan warganegara berkesadaran tinggi tentang bangsa dan kemanusiaan. Namun juga mempersiapkan tenaga kerja profesional, kompetitif, produktif dalam konteks kehidupan yang dinamis. Serta mengubah system berfikir, sikap hidup dan perilaku berkarya individu maupun kelompok dalam rangka memprakarsai perubahan sosial dan mendorong perubahan ke arah kemajuan, adil dan bebas.
Diharapkan nantinya sarjana memiliki tiga jenis kemampuan, yaitu kemampuan personal (personality) atau kemampuan kepribadian, artinya memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian indonesia, memahami & mengenal nilai-nilai agama, kemasyarakatan dan kenegaraan. Adapun yang dimaksud dengan kepribadian Indonesia adalah sadar akan hak, kewajiban dan tanggung jawab etis moril dan politis terhadap kepentingan bangsa dan negara yang ditampilkan dalam wujud keteladanan yang baik dengan sadar mentaati hukum dan UUD’45, memiliki disiplin pribadi serta disiplin sosial dan kesadaran nasional yang teguh dan tidak sempit (chauvinistis). Berpandangan jauh ke depan, memiliki tekad perjuangan untuk mencapai taraf kehidupan bangsa yang lebih tinggi didasarkan pada kemampuan objektif dan kekuatan kolektif bangsa Indonesia, aktif dan kreatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam kegiatan pembangunan nasional dan pembangunan politik mampu menilai ulang gagasan asing dan nilai-nilai asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Selanjutnya sarjana diharapkan memiliki kemampuan akademik, yaitu kemampuan komunikasi ilmiah, lisan dan tulisan, berfikir logis, kritis, sistematik analitik, rasional, empiris, general (umum), sistematis, metodologis dan akumulatif. Selanjutnya kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang sarjana adalah kemampuan profesional; yaitu memiliki pengetahuan dan kete-rampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
Bila ketiga kemampuan ini dimiliki seorang sarjana maka manusia unggul (cerdas) secara intelektual,anggun secara moral, kompeten menguasai iptek danmemiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial bisa terwujud dalam diri sarjana sebagai insan intelektual.